Antidepresan
Depresi berat memerlukan terapi dan
pada sebagian besar kasus, manfaat terapi melebihi risikonya. Antidepresan
trisiklik seperti amitriptilin, doksepin, imipramin, dan nortriptilin sering
digunakan untuk gangguan-gangguan depresi. Efek samping pada ibu
adalah hipotensi ortostatik dan konstipasi. Sedasi juga sering
terjadi, sehingga obat golongan ini sangat bermanfaat bagi masalah tidur yang
berkaitan dengan depresi. Inhibitor monoamin oksidase (MAOI)
adalah antidepresan yang sangat efektif yang semakin jarang digunakan karena
menyebabkan hipotensi ortostatik. Pengalaman dengan inibitor selektif
ambilan ulang serotonin (selective serotonin reuptake inhibitors, SSRI),
termasuk fluoksetin dan sertralin, menyebabkan obat golongan ini menjadi terapi
primer bagi sebagian besar penyakit depresi. Obat-obat ini tidak
menimbulkan hipotensi ortostatik atau sedasi sehingga lebih disukai daripada
antidepresan lain.
Antipsikotik
Wanita dengan sindrom-sindrom kejiwaan
yang berat seperti skizofrenia, gangguan skizoafektif, atau gangguan bipolar
sangat mungkin memerlukan terapi antipsikotik selama kehamilan. Antipsikotik
tipikal adalah golongan antagonis dopamine. Klozapin adalah satu-satunya
antipsikotik atipikal yang tersedia, dan obat ini memiliki kerja yang berbeda
tetapi tidak diketahui. Potensi dan efek samping berbagai
antipsikotik berbeda-beda. Obat-obat yang berpotensi lebih rendah,
klorpromazin dan tioridazin, memiliki efek antikolinergik yang lebih besar
serta bersifat sedatif.
Litium
Keamanan litium selama kehamilan masih
diperbebatkan. Selain kekhawatiran tentang teratogenesitas, juga perlu
dipertimbangkan indeks terapetiknya yang sempit. Pernah dilaporkan
toksisitas litium pada neonatus yang mendapat ASI.
Benzidiazepin
Obat golongan ini mungkin diperlukan
selama kehamilan bagi wanita dengan gangguan cemas yang parah atau untuk pasien
psikotik yang agitatif atau mengamuk. Diazepam mungkin menyebabkan
depresi neurologis berkepanjangan pada neonatus apabila pemberian dilakukan
dekat dengan kelahiran.
Terapi
Kejut Listrik (Elektroconvulsive Therapy, ECT)
Terapi dengan kejutan listrik untuk
depresi selama kehamilan kadang-kadang diperlukan pada pasien dengan gangguan
mood mayor yang parah dan tidak berespon terhadap terapi farmakologis.
Hasil diperoleh dengan menjalani 11 kali terapi dari umur kehamilan 23-31
minggu. Mereka menggunakan tiamilal dan suksinilkolin, intubasi, dan
ventilasi bantuan setiap kali terapi. Mereka mendapatkan bahwa kadar
epinefrin, norepinefrin, dan dopamine plasma meningkat 2-3 kali lipat dalam
beberapa menit kejutan listrik. Walaupun demikian, rekaman frekuensi
denyut jantung janin serta frekuensi jantung, tekanan darah, dan saturasi
oksigen ibu tetap normal.
Miller (1994) mengkaji 300 laporan kasus terapi kejut listrik selama kehamilan
mendapatkan bahwa penyulit terjadi pada 10%. Penyulit-penyulit tersebut
antara lain adalah aritmia transien jinak pada bayi, perdarahan pervaginam
ringan, nyeri abdomen, dan kontraksi uterus yang swasirna. Wanita yang
kurang dipersiapkan juga berisiko lebih besar mengalami aspirasi, kompresi
aortokava, dan alkalosis respiratorik. Langkah-langkah pengkajian penting
adalah pengkajian servik, penghentian obat antikolinergik yang tidak esensial,
pemantauan frekuensi denyut jantung janin dan uterus, hidrasi intravena,
pemberian antasida cair, dan pasien dobaringkan miring kiri. Selama
prosedur, hindari hiperventilasi berlebihan dan jalan napas harus dilindungi.
2.12
Penatalaksanaan Psikosa
1. Pengobatan etiologik harus sedini
mungkin dan di samping faal otak dibantu agar tidak terjadi kerusakan otak yang
menetap.
2. Peredaran darah harus diperhatikan
(nadi, jantung dan tekanan darah), bila perlu diberi stimulansia.
3. Pemberian cairan harus cukup, sebab
tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-hati dengan sedativa dan narkotika
(barbiturat, morfin) sebab kadang-kadang tidak menolong, tetapi dapat
menimbulkan efek paradoksal, yaitu klien tidak menjadi tenang, tetapi bertambah
gelisah.
4. Klien harus dijaga terus, lebih-lebih
bila ia sangat gelisah, sebab berbahaya untuk dirinya sendiri (jatuh, lari dan
loncat keluar dari jendela dan sebagainya) ataupun untuk orang lain.
5. Dicoba menenangkan klien dengan
kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau dengan kompres es. Klien mungkin
lebih tenang bila ia dapat melihat orang atau barang yang ia kenal dari rumah.
Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap , klien tidak tahan terlalu diisolasi.
6. Terdapat gejala psikiatrik bila sangat
mengganggu.
2.13
Penularan
Sampai saat ini tidak diketahui penularan dari gangguan jiwa psikosa
2.14
Pencegahan Psikosa Dalam Kehamilan
ü Informasi
ü ANC rutin
ü Nutrisi
ü Penampilan
ü Aktivitas
ü Relaksasi
ü Senam hamil
ü Latihan pernafasan
C.Psikoneurosa
2.15
Pengertain
Neurosis kadang-kadang disebut psikoneurosis dan gangguan jiwa (untuk membedakannya dengan psikosis atau penyakit jiwa. Menurut Singgih Dirgagunarsa (1978 : 143), Neurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisa belajar, dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.
Dali Gulo (1982 : 179), berpendapat bahwa neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan : keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik, dst.
Neurosis, menurut W.F. Maramis (1980 : 97), adalah suatu kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tidak diselesaikan suatu konflik tidak sadar.
Berdasarkan pendapat mengenai neurosis dari para ahli tersebut dapat diidentifikasi pokok-Pokok pengertian mengenai neurosis sebagai berikut.
Neurosis kadang-kadang disebut psikoneurosis dan gangguan jiwa (untuk membedakannya dengan psikosis atau penyakit jiwa. Menurut Singgih Dirgagunarsa (1978 : 143), Neurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisa belajar, dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.
Dali Gulo (1982 : 179), berpendapat bahwa neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan : keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik, dst.
Neurosis, menurut W.F. Maramis (1980 : 97), adalah suatu kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tidak diselesaikan suatu konflik tidak sadar.
Berdasarkan pendapat mengenai neurosis dari para ahli tersebut dapat diidentifikasi pokok-Pokok pengertian mengenai neurosis sebagai berikut.
- Neurosis merupakan gangguan jiwa pada taraf ringan.
- Neurosis terjadi pada sebagian aspek kepribadian.
- Neurosis dapat dikenali gejala-gejala yang menyertainya dengan ciri khas kecemasan.
- Penderita neurosis masih mampu menyesuaikan diri dan melakukan aktivitas sehari-hari.
2.16 Penyebab
Psikoneurosa
adalah gangguan yang terjadi hanya karena gangguan pada sebagian kepribadian,
maka yang bersangkutan masih bisa melakukan pekerjaan/aktivitas sehari-hari.
Sebenarnya psikoneurosis
bukanlah suatu penyakit, yang bersangkutan masih dapat kita sebut normal. Yang
diderita (bersangkutan) adalah ketegangan pribadi yang terus terjadi sebagai
akibat konflik yang berkepanjangan. Orang tersebut tidak dapat mengatasi
konflik yang tidak kunjung reda yang pada taraf terakhir menjadi neurosis
(suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas
yang kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan
dan kurang memiliki energi). Ada kalanya penyakit ini baru timbul setelah lama
penyebabnya terjadi atau sama sekali tidak ingat lagi, atau telah diendapkan
dalam alam ketidaksadaran. Untuk menyembuhkan penyakit digunakan tehnik
wawancara yang lazim disebut psikoterapi.
2.17
Tanda & Gejala,Penanganan serta jenis dari neurosis
Kelainan jiwa yang disebut neurosis ditandai dengan bermacam-macam tanda &gejala. Dan berdasarkan gejala yang paling menonjol, sebutan atau nama untuk jenis neurosis diberikan. Dengan demikian pada setiap jenis neurosis terdapat ciri-ciri dari jenis neurosis yang lain, bahkan kadang-kadang ada pasien yang menunjukkan begitu banyak tanda & gejala sehingga gangguan jiwa yang dideritanya sukar untuk dimasukkan pada jenis neurosis tertentu (W.F. Maramis, 1980 : 258).
Bahwa nama atau sebutan untuk neurosis diberikan berdasarkan gejala yang paling menjonjol atau paling kuat. Atas dasar kriteria ini para ahli mengemukakan jenis-jenis neurosis sebagai berikut (W.F. Maramis, 1980 : 257-258).
1. Neurosis cemas (anxiety neurosis atau anxiety state)
a. Gejala-gejala neurosis cemas
Tidak ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan kecemasan, tetapi bersifat mengambang bebas, apa saja dapat menyebabkan gejala tersebut. Bila kecamasan yang dialami sangat hebat maka terjadi kepanikan.
Gejala-gejala neurosis cemas :
Kelainan jiwa yang disebut neurosis ditandai dengan bermacam-macam tanda &gejala. Dan berdasarkan gejala yang paling menonjol, sebutan atau nama untuk jenis neurosis diberikan. Dengan demikian pada setiap jenis neurosis terdapat ciri-ciri dari jenis neurosis yang lain, bahkan kadang-kadang ada pasien yang menunjukkan begitu banyak tanda & gejala sehingga gangguan jiwa yang dideritanya sukar untuk dimasukkan pada jenis neurosis tertentu (W.F. Maramis, 1980 : 258).
Bahwa nama atau sebutan untuk neurosis diberikan berdasarkan gejala yang paling menjonjol atau paling kuat. Atas dasar kriteria ini para ahli mengemukakan jenis-jenis neurosis sebagai berikut (W.F. Maramis, 1980 : 257-258).
1. Neurosis cemas (anxiety neurosis atau anxiety state)
a. Gejala-gejala neurosis cemas
Tidak ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan kecemasan, tetapi bersifat mengambang bebas, apa saja dapat menyebabkan gejala tersebut. Bila kecamasan yang dialami sangat hebat maka terjadi kepanikan.
Gejala-gejala neurosis cemas :
1) Secara somatis
dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan seperti mengambang,
lekas lelah, keringat dingin.
2) Secara psikologis
berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi, perasaan tidak mampu untuk
menyelesaikan masalah.
b. Faktor penyebab neurosis cemas
Menurut Maramis (1980 : 261), faktor pencetus neurosis cemas sering jelas dan secara psikodinamik berhubungan dengan faktor-faktor yang menahun seperti kemarahan yang dipendam.
Sebab-sebab neurosis cemas secara umum :
1) Ketakutan dan kecemasan yang terus menerus, disebabkan oleh kesusahan-kesusahan dan kegagalan yang bertubu-tubi
2) Depressi terhadap macam – macam masalah emosional, akan tetapi tidak bisa berlangsung secara sempurna
3) Kecenderungan harga diri yang terhalang.
4) Dorongan-dorongan seksual tidak mendapat kepuasan yang terhambat, sehingga menimbulkan banyak konflik batin.
1) Ketakutan dan kecemasan yang terus menerus, disebabkan oleh kesusahan-kesusahan dan kegagalan yang bertubu-tubi
2) Depressi terhadap macam – macam masalah emosional, akan tetapi tidak bisa berlangsung secara sempurna
3) Kecenderungan harga diri yang terhalang.
4) Dorongan-dorongan seksual tidak mendapat kepuasan yang terhambat, sehingga menimbulkan banyak konflik batin.
Penanganannya
c. Terapi untuk penderita neurosis cemas
Terapi untuk penederita neurosis cemas dilakukan dengan menemukan sumber ketakutan atau kekuatiran dan mencari penyesuaian yang lebih baik terhadap permasalahan. Mudah tidaknya upaya ini pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita. Ada beberapa jenis terapi yang dapat dipilih untuk menyembuhkan neurosis cemas, yaitu :
Terapi untuk penederita neurosis cemas dilakukan dengan menemukan sumber ketakutan atau kekuatiran dan mencari penyesuaian yang lebih baik terhadap permasalahan. Mudah tidaknya upaya ini pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita. Ada beberapa jenis terapi yang dapat dipilih untuk menyembuhkan neurosis cemas, yaitu :
- psikoterapi individual
- psikoterapi kelompok
- psikoterapi analitik
- sosioterapi
- terapi seni kreatif
- terapi kerja
- terapi perilaku
- farmakoterapi
2. Histeria
a. Tanda & gejala histeria
Histeria merupakan neurosis yang ditandai dengan reaksi-reaksi emosional yang tidak terkendali sebagai cara untuk mempertahankan diri dari kepekaannya terhadap rangsang-rangsang emosional. Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan jasmaniah dapat hilang tanpa dikehendaki oleh penderita. Tanda & gejala sering timbul dan hilang secara tiba-tiba, terutama bila penderita menghadapi situasi yang menimbulkan reaksi emosional yang hebat.
b. Jenis-jenis histeria
Histeria digolongkan menjadi 2, yaitu reaksi konversi atau histeria minor dan reaksi disosiasi atau histeria mayor.
1) Histeria minor atau reaksi konversi
Pada histeria minor kecemasan diubah atau dikonversikan (sehingga disebut reaksi konversi) menjadi gangguan fungsional susunan saraf somatomotorik atau somatosensorik, dengan gejala : lumpuh, kejang-kejang, mati raba, buta, tuli.
2) Histeria mayor atau reaksi disosiasi
Histeria jenis ini dapat terjadi bila kecemasan yang yang alami penderita demikian hebat, sehingga dapat memisahkan beberapa fungsi kepribadian satu dengan lainnya sehingga bagian yang terpisah tersebut berfungsi secara otonom, sehingga timbul gejala-gejala : amnesia, somnabulisme, fugue, dan kepribadian ganda.
Histeria digolongkan menjadi 2, yaitu reaksi konversi atau histeria minor dan reaksi disosiasi atau histeria mayor.
1) Histeria minor atau reaksi konversi
Pada histeria minor kecemasan diubah atau dikonversikan (sehingga disebut reaksi konversi) menjadi gangguan fungsional susunan saraf somatomotorik atau somatosensorik, dengan gejala : lumpuh, kejang-kejang, mati raba, buta, tuli.
2) Histeria mayor atau reaksi disosiasi
Histeria jenis ini dapat terjadi bila kecemasan yang yang alami penderita demikian hebat, sehingga dapat memisahkan beberapa fungsi kepribadian satu dengan lainnya sehingga bagian yang terpisah tersebut berfungsi secara otonom, sehingga timbul gejala-gejala : amnesia, somnabulisme, fugue, dan kepribadian ganda.
c. Faktor penyebab histeria
Menurut Sigmund Freud, histeria terjadi karena pengalaman traumatis (pengalaman menyakitkan) yang kemudian direpresi atau ditekan ke dalam alam tidak sadar. Maksudnya adalah untuk melupakan atau menghilangkan pengalaman tersebut. Namun pengalaman traumatis tersebut tidak dapat dihilangkan begitu saja, melainkan ada dalam alam tidak sadar (uncociousness) dan suatu saat muncul kedalam sadar tetapi dalam bentuk gangguan jiwa.
Menurut Sigmund Freud, histeria terjadi karena pengalaman traumatis (pengalaman menyakitkan) yang kemudian direpresi atau ditekan ke dalam alam tidak sadar. Maksudnya adalah untuk melupakan atau menghilangkan pengalaman tersebut. Namun pengalaman traumatis tersebut tidak dapat dihilangkan begitu saja, melainkan ada dalam alam tidak sadar (uncociousness) dan suatu saat muncul kedalam sadar tetapi dalam bentuk gangguan jiwa.
Sebab-sebab hysteria:
1) Ada prediposisi pembawaan berupa system syaraf yang lemah.
2) Tekanan-tekanan mental yang disebabkan oleh, kesusahan, kekecawaan,shocks, dan pengalaman-pengalamn taraumatis/luka jiwa.nya sugesti diri yag buruk dan melemahkan mental.
3) Oleh kelemahan-kelemahan diri, individu berusaha menguasai keadaan, lalu mentiranisasi lingkungan dengan tingkah lakunya yang dibuat-buat.
4) Kebiasaan hidup dan disiplin-disiplin yang keliru, sehingga mengakibatkan control pribadi yang lemah dan integrasi kepribadian yang miskin, sangat kekanak-kanakan.
5) Sering atau selalu menggunakan escape mechanism dan defence mechanism, sehingga mengakibatkan malajustment, dan semakin banyak timbul kesulitan.
6) Kondidi fisik yang buruk, misalnya sakit-sakitan, lemah, lelah, fungsi-fungsi organic yang lemah, gangguan pikiran, dan badaniah.
Penanganan
1) Ada prediposisi pembawaan berupa system syaraf yang lemah.
2) Tekanan-tekanan mental yang disebabkan oleh, kesusahan, kekecawaan,shocks, dan pengalaman-pengalamn taraumatis/luka jiwa.nya sugesti diri yag buruk dan melemahkan mental.
3) Oleh kelemahan-kelemahan diri, individu berusaha menguasai keadaan, lalu mentiranisasi lingkungan dengan tingkah lakunya yang dibuat-buat.
4) Kebiasaan hidup dan disiplin-disiplin yang keliru, sehingga mengakibatkan control pribadi yang lemah dan integrasi kepribadian yang miskin, sangat kekanak-kanakan.
5) Sering atau selalu menggunakan escape mechanism dan defence mechanism, sehingga mengakibatkan malajustment, dan semakin banyak timbul kesulitan.
6) Kondidi fisik yang buruk, misalnya sakit-sakitan, lemah, lelah, fungsi-fungsi organic yang lemah, gangguan pikiran, dan badaniah.
Penanganan
d. Terapi terhadap penderita histeria
Ada beberapa teknik terapi yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan hysteria yaitu :
Ada beberapa teknik terapi yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan hysteria yaitu :
- Teknik hipnosis (pernah diterapkan oleh dr. Joseph Breuer);
- Teknik asosiasi bebas (dikembangkan oleh Sigmund Freud);
- Psikoterapi suportif.
- Farmakoterapi.
3. Neurosis fobik
a. Tanda & gejala neurosis fobik
Neurosis fobik merupakan gangguang jiwa dengan gejala utamanya fobia, yaitu rasa takut yang hebat yang bersifat irasional, terhadap suatu benda atau keadaan. Fobia dapat menyebabkan timbulnya perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, mual, panik, berkeringat. Ada bermacam-macam fobia yang nama atau sebutannya menurut faktor yang menyebabkan ketakutan tersebut, misalnya :
- Hematophobia : takut melihat darah
- Hydrophobia : takut pada air
- Pyrophibia : takut pada api
- Acrophobia : takut berada di tempat yang tinggi
b. Faktor penyebab neurosis fobik
Neurosis fobik terjadi karena penderita pernah mengalami ketakutan dan shock hebat berkenaan dengan situasi atau benda tertentu, yang disertai perasaan malu dan bersalah. Pengalaman traumastis ini kemudian direpresi (ditekan ke dalam ketidaksadarannya). Namun pengalaman tersebut tidak bisa hilang dan akan muncul bila ada rangsangan serupa.
Neurosis fobik terjadi karena penderita pernah mengalami ketakutan dan shock hebat berkenaan dengan situasi atau benda tertentu, yang disertai perasaan malu dan bersalah. Pengalaman traumastis ini kemudian direpresi (ditekan ke dalam ketidaksadarannya). Namun pengalaman tersebut tidak bisa hilang dan akan muncul bila ada rangsangan serupa.
Penanganan
c. Terapi untuk penderita neurosis fobik
Menurut Maramis, neurosa fobik sulit untuk dihilangkan sama sekali bila gangguan tersebut telah lama diderita atau berdasarkan fobi pada masa kanak-kanak. Namun bila gangguan tersebut relatif baru dialami proses penyembuhannya lebih mudah. Teknik terapi yang dapat dilakukan untuk penderita neurosis fobik adalah:
Menurut Maramis, neurosa fobik sulit untuk dihilangkan sama sekali bila gangguan tersebut telah lama diderita atau berdasarkan fobi pada masa kanak-kanak. Namun bila gangguan tersebut relatif baru dialami proses penyembuhannya lebih mudah. Teknik terapi yang dapat dilakukan untuk penderita neurosis fobik adalah:
- Psikoterapi suportif, upaya untuk mengajar penderita memahami apa yang sebenarnya dia alami beserta psikodinamikanya.
- Terapi perilaku dengan deconditioning, yaitu setiap kali penderita merasa takut dia diberi rangsangan yang tidak menyenangkan.
- Terapi kelompok.
- Manipulasi lingkungan.
4. Neurosis obsesif-kompulsif
a. Tanda & gejala neurosis obsesif-kompulsif
Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide yang mendesak ke dalam pikiran atau menguasai kesadaran dan istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk tidak dilakukan, meskipun sebenarnya perbuatan tersebut tidak perlu dilakukan.
Contoh obsesif-kompulsif antara lain ;
- Kleptomania : keinginan yang kuat untuk mencuri meskipun dia tidak membutuhkan barang yang ia curi.
- Pyromania : keinginan yang tidak bisa ditekan untuk membakar sesuatu.
- Wanderlust : keinginan yang tidak bisa ditahan untuk bepergian.
- Mania cuci tangan : keinginan untuk mencuci tangan secara terus menerus.
b. Faktor penyebab neurosis obsesif-kompulsif
Neurosis jenis ini dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut (Yulia D., 2000 : 116-117).
Neurosis jenis ini dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut (Yulia D., 2000 : 116-117).
- Konflik antara keinginan-keinginan yang ditekan atau dialihkan.
- Trauma mental emosional, yaitu represi pengalaman masa lalu (masa kecil).
Penanganan
c. Terapi untuk penderita neurosis obsesif-kompulsif
- psikoterapi suportif;
- penjelasan dan pendidikan;
- terapi perilaku.
5. Neurosis depresif
a. Tanda & gejala neurosis depresif
Neurosis depresif merupakan neurosis dengan gangguang utama pada perasaan dengan tanda-tanda : kurang atau tidak bersemangat, rasa harga diri rendah, dan cenderung menyalahkan diri sendiri.
Gejala-gejala utama gangguan jiwa ini adalah :
- gejala jasmaniah : selalu lelah.
- gejala psikologis : sedih, putus asa, cepat lupa, insomnia, anoreksia, ingin mengakhiri hidupnya.
b.Faktor penyebab neurosis depresif
Menurut hasil riset mutakhir sebagaimana dilakukan oleh David D. Burns (1988 : 6), bahwa depresi tidak didasarkan pada persepsi akurat tentang kenyataan, tetapi merupakan produk “keterpelesetan’ mental, bahwa depresi bukanlah suatu gangguan emosional sama sekali, melainkan akibat dari adanya distorsi kognitif atau pemikiran yang negatif, yang kemudian menciptakan suasana jiwa, terutama perasaan yang negatif pula. Burns berpendapat bahwa persepsi individu terhadap realitas tidak selalu bersifat objektif. Individu memahami realitas bukan bagaimana sebenarnya realitas tersebut, melainkan bagaimana realitas tersebut ditafsirkan. Dan penafsiran ini bisa keliru bahkan bertentangan dengan realitas sebenarnya. Konsepsi tersebut kemudian oleh Burns dijelaskan dengan visualisasi sebagai berikut (1988 : 21).
Penanganan
Menurut hasil riset mutakhir sebagaimana dilakukan oleh David D. Burns (1988 : 6), bahwa depresi tidak didasarkan pada persepsi akurat tentang kenyataan, tetapi merupakan produk “keterpelesetan’ mental, bahwa depresi bukanlah suatu gangguan emosional sama sekali, melainkan akibat dari adanya distorsi kognitif atau pemikiran yang negatif, yang kemudian menciptakan suasana jiwa, terutama perasaan yang negatif pula. Burns berpendapat bahwa persepsi individu terhadap realitas tidak selalu bersifat objektif. Individu memahami realitas bukan bagaimana sebenarnya realitas tersebut, melainkan bagaimana realitas tersebut ditafsirkan. Dan penafsiran ini bisa keliru bahkan bertentangan dengan realitas sebenarnya. Konsepsi tersebut kemudian oleh Burns dijelaskan dengan visualisasi sebagai berikut (1988 : 21).
Penanganan
c. Terapi untuk penderita neurosis depresif
Untuk menyembuhkan depresi, Burns (1988 : 5) telah mengembangkan teknik terapi dengan prinsip yang disebut terapi kognitif, yang dilakukan dengan prinsip sebagai berikut.
Untuk menyembuhkan depresi, Burns (1988 : 5) telah mengembangkan teknik terapi dengan prinsip yang disebut terapi kognitif, yang dilakukan dengan prinsip sebagai berikut.
Bahwa semua rasa murung disebabkan
oleh kesadaran atau pemikiran yang bersangkutan.
Jika depresi sedang terjadi maka
berarti pemikiran telah dikuasai oleh kekeliruan yang mendalam.
Bahwa pemikiran negative menyebabkan
kekacauan emosional.
Terapi kognitif dilakukan dengan cara membetulkan pikiran
yang salah, yang telah menyebabkan terjadinya kekacauan emosional.
6. Neurasthenia
a. Tanda & gejala neurasthenia
Neurasthenia disebut juga penyakit payah.
Tanda& gejala utama :
Tidak bersemangat, cepat lelah meskipun hanya mengeluarkan tenaga yang sedikit, emosi labil, dan kemampuan berpikir menurun, insomnia, kepala pusing, sering merasa dihinggapi bermacam-macam penyakit.
6. Neurasthenia
a. Tanda & gejala neurasthenia
Neurasthenia disebut juga penyakit payah.
Tanda& gejala utama :
Tidak bersemangat, cepat lelah meskipun hanya mengeluarkan tenaga yang sedikit, emosi labil, dan kemampuan berpikir menurun, insomnia, kepala pusing, sering merasa dihinggapi bermacam-macam penyakit.
b. Faktor penyebab neurasthenia
Neurasthenia dapat terjadi karena beberapa faktor (Zakiah
Daradjat, 1983 : 34), yaitu sebagai berikut.
Neurasthenia dapat terjadi karena beberapa faktor (Zakiah
Daradjat, 1983 : 34), yaitu sebagai berikut.
- Terlalu lama menekan perasaan, pertentangan batin,
- kecemasan.
- Terhalanginya keinginan-keinginan.
- Sering gagal dalam menghadapi persaingan-persaingan
Penanganan
c. Terapi untuk penderita neurasthenia
Upaya membantu penyembuahn penderita neurasthenia dapat
dilakukan dengan teknik terapi sebagai berikut.
Upaya membantu penyembuahn penderita neurasthenia dapat
dilakukan dengan teknik terapi sebagai berikut.
- Psikoterapi supportif;
- Terapi olah raga;
- Farmakoterapi.
7. Psikotenis
Tanda & Gejala penyakit ini ialah kelesuan mental, phobia, takut berdiri di tempat yang tinggi, takut akan tempat yang sempit, takut mati. Selain phobia timbul obsesi (meningkatnya suatu ide yang sulit dilupakan) yang disertai compulsion (kecenderungan untuk melakukan sesuatau tanpa dapat dicegah). Seseorang yang mempunyai obsesi selalu mencuci tangannya karena selalu merasa penuh kuman. Dengan mencuci tangan dia merasa puas, sedang bila dia tidak mencuci tangan dia akan penuh kegelisahan. Salah satu jenis compulsion ialah cleptomani ( kecenderungan mencuri)
Sebab-sebab psikotenis :
- Depresi terhadap pengalaman-pengalaman traumatis yang sangat menakutkan pada masa silam.
- Disertai rasa malu atau berdosa, yang kemudian ditekan kuat-kuat dalam ketidaksadaran, dalam usahanya untuk melupakan insiden tersebut, sehingga muncul gejala phobia, obsesi, dan kompulsif.
- Ada konflik untuk berani melawan rasa takut yang mengerut, yang dicobanya menekan kuat-kuat dalam alam tidak sadar.
8. Neurastania
Tanda & gejala penyakit ini yaitu ;kelelahan yang terus menerus, wajah murung, nafsu makan berkurang, sulit tidur (insomania).
Tanda & gejala penyakit ini yaitu ;kelelahan yang terus menerus, wajah murung, nafsu makan berkurang, sulit tidur (insomania).
- Risau disebabkan oleh kekurangan kerja/kesibukan. Kelelahan dan kelemahan yang ekstrem disebabkan oleh kebanyakan kerja.
- Banyak menderita ketegangan emosional karena konflik-konflik internal, kesusahan, dan frustasi-frustasi.
- Disebabkan oleh perasaan interior, akibat dari kegagalan-kegagalan di masa lampau dan disusuli dengan tingkah laku yang agresif.
- Factor-faktor herediter diperkirakan juga menjadi sebabnya, akn tetapi tidak teramat penting artinya.
9. Hipokondria
Adalah kondisi kecemasan yang kronis, dimana pasien selalu merasakan ketakutan yang patologis terhadap kesehatan sendiri.individu yang bersangkutan merasa yakin betul bahwa dirinya mengidap suatu penyakit yang kronis. Setiap kesakitan yang sekecil dirasakannya sebagai suatu bencana hebat dan merupakan tragedy hidup yang dianggap bisa menyebabkan kematiannya. Semua itu disebabkan oleh banyaknya konflik-konflik intrapsikis yang sudah lama dan amat parah.
Kesehatan emosi berkaitan erat dengan kesehatan dan kondisi jiwa seseorang. Kesehatan emosi juga berkaitan dengan kondisi fisik seseorang apakah ia memiliki kondisi tubuh yang fit, bebas tekanan ( stres dan depresi ), mental yang kuat dan sebagainya. Keadaan tubuh atau fisik yang kuat saja tidak cukup untuk mencegah adanya gangguan emosi pada seseorang. Dalam hal ini asupan gizi turut mempengaruhi untuk tetap menjaga kebugaran sehingga tidak hanya kesehatan fisik yang didapat tetapi juga kesehatan jiwa.
Sebaliknya kesehatan emosi juga dapat mempengaruhi kondisi tubuh. Jika keadaan jiwanya tidak stabil, yang disebabkan stress atau depresi, maka fisiknya juga dapat menjadi lemah. Karena jiwa, perasaan, dan emosi seseorang sangat mempengaruhi keadaan fisik orang tersebut.
Cara untuk mengatasi kelabilan dari kesehatan emosi ini dapat dilakukan dengan cara memakan makanan yang sehat yang disertai asupan gizi yang cukup bagi tubuh, melakukan olah raga secara teratur, dan istirahat yang proporsional. Rekreasi atau liburan ke suatu tempat yang relatif menyenangkan dapat juga menjadi salah satu cara untuk mengembalikan kesehatan dan menekan stress.
Freud berpendapat bahwa psikoneurosis pada dasarnya adalah psiogenik. Freud mengemukakan lima interpretasi yang berbeda mengenai penyebab tingkah laku neurotik:
- psikoneurosis adalah akibat dari trauma-trauma yang pertama-tama bersifat seksual
- psikoneurosis akibat komplek oedipus yang tidak terpecahkan
- psikoneurosis sebagai akibat dari konflik antara dorongan id dan penyensoran moral dari superego
- reaksi-reaksi emosional yang ditimbulkan oleh lingkungan yang sejak awal menolak individu sebagai faktor-faktor yang mempercepat psikoneurosis
- penyebab psikoneurosis tidak hanya satu, melainkan banyak dan kemudian Freud memusatkan perhatiannya pada uraian mengenai reaksi-reaksi neurotik.
2.18
Penatalaksanaan
psikoneurosa:
Dalam
psikoterapi, psikolog, konselor dan ahli terapis berusaha menyusun terapi
psikologis yang beragam untuk pengobatan yang disesuaikan dengan kepribadian
klien. Penerapan metode dapat secara personal maupun group (perkelompok).
Psikiater berusaha mengkombinasi pengobatan medis dan psikoterapi secara
bersamaan. Perlu untuk diketahui bahwa tidak ada pengobatan jenis gangguan
kecemasan ini hanya menggunakan satu cara saja, dibutuhkan lebih kombinasi
untuk menyembuhkan gangguan kompleks ini.
Penatalaksanaan dan Sikap Bidan yang
dilakukan
- Melakukan pendekatan pada ibu, suami, dan keluarga untuk menggali permasalahan yang mungkin timbul dalam keluarga
- Memberikan dukungan pada ibu agar siap dalam menghadapi segala perubahan yang terjadi akibat proses kehamilan
- Memberikan penyuluhan pada ibu dan keluarga tentang dampak buruk yang ditimbulkan akibat depresi baik pada ibu maupun pada janinnya,
- Menganjurkan ibu untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang sehat selama kehamilan.
- Melakukan rujukan pada psikiater apabila tingkat depresi sudah terlalu parah.
2.19
Penularan
Sampai saat ini masih belum diketahui penularan dari Psikoneurosis.
2.20
Pencegahan
Tangani segera pada
ibu hamil agar tidak berlarut-larut. Berpikirlah secara positif, menyenangkan
dan tidak menganggap kehamilan adalah beban Karena akan mempengaruhi kondisi
baik fisik maupun mental. Jangan pula mengkonsumsi obat-obatan antidepresi.
Lebih baik berkonsultasi dengan dokter kandungan yang menangani. Jika perlu
minta surat pengantar untuk menemui seorang terapis. Dengan demikian ibu hamil
mendapatkan pendamping untuk menyalurkan kegelisahan, kecemasan dan ketakutan
yang berkaitan dengan kehamilannya atau calon anak yang akan
dilahirkannya.Usahakan untuk mengkonsumsi makanan yang sehat selama kehamilan
dan lakukan aktivitas seperti biasa ketika belum hamil. Dan dapat mencari
dukungan dari siapa saja seperti pasangan, orangtua, keluarga dekat atau para
sahabat. Tujuannya, supaya tidak merasa menanggung beban seorang diri dan agar
merasa lebih bahagia.
Terapi untuk penderita neurosis fobik...
BalasHapusada terapi kelompok...
kek mna terapi klompok ntu suster??????
biasa na khan terapi sendiri2 nya...
kok ini aneh ?????
susie ernita sinaga (11.047)
TERAPHY KELOMPOK ITU MISALNYA IBU DI BAWA GABUNG DENGAN IBU IBU LAIN YANG TERGABUNG DALAM KELOMPOK IBU NIFAS ATAU IBU YANG PERNAH MENGALAMI MASA NIFAS ATAU PENGALAMAN YG SAMA, DI SITU ADA BANYAK KEGIATAN YG BISA DI IKUTI IBU MISAL CURHAT, SHARE PENGALAMAN N KEGIATAN LAIN YANG BISA MEMBANTU IBU UNTUK SEMBUH
Hapussuster....
BalasHapustindakan apa yg kita berikan pada ibu bersalin kala satu pada saat melewati garis waspada
ya waspadalah..
Hapussiank suster
BalasHapussaya mau tanya
apakah ibu hamil mudah
bisa sering naik pesawat ???
gmana dengan kondisi siibu yang sering muntah??
apakah itu akan mengangu pertumbuhan janin nya???
suster diatas tadi ada dikatakan
BalasHapusTanda & Gejala penyakit Psikotenis ini ialah kelesuan mental, phobia
yg ingan saya tanyakan apa semua org yg phobia terkena panyakit psikotenis???
makasi yaHh suster
wenny simanihuruk (11.049)
ya
Hapussuste
BalasHapusklw org kna depresi gitu
bisa ga sembuh total suster???????????
bisa cupanda
Hapussuster...
BalasHapussaya mau nanya?
penymbhn Neurasthenia slh satunya adlh trp olhraga,
olhraga yg bagimn?
suster....
gbu
siank suster
BalasHapussaya riska akbid 2
saya mau nanya neh sr..
virus dan bakteri apa yang menyebabkan balita diare...
apa yang dapt kita brikan selain oralit
trikz....